Minggu, 21 Juli 2013

Likurai is a Timor Civil Dance ( Tari Rakyat di Timor Leste )


Sebelumnya Timor Leste merupakan salah satu provinsi di Indonesia, saat itu bernama Provinsi Timor Timur. Negara Timor Leste secara resmi merdeka pada tanggal 20 Mei 2002. Tidak kaget apabila Timor Leste memiliki budaya yang masih mirip dengan Indonesia, karena letaknya yang sangat berdekatan bahkan masih satu pulau yang dikenal dengan Pulau Timor. Salah satu budaya tari yang ada di negara ini adalah tari Likurai. Berikut uraiannya yang di ambil dari berbagai situs.
TARIAN LIKURAI
Tarian ini berasal dari daratan Pulau Timor, tak heran jika tarian ini ada yang sama dan masih satu budaya di Timor Leste maupun  NTT.
Para wanita Timor, tua-muda, besar-kecil, entah berpendidikan tinggi maupun buta aksara, baik orang berada maupun kaum sederhana, semua berpadu mengapit tambur, lalu membentuk barisan atau lingkaran di antara mereka memukul atau membunyikannya secara dinamis, ritmik, dengan beraneka ragam bunyi atau warna pukulan, namun tetap menjaga kekompakan, tempo, juga dipadukan dengan gerakan tubuh, badan meliuk secara beraturan kesana-kemari seiring bunyi-bunyian yang dihasilkan dari pukulan gendang tersebut. Gendang ini dalam bahasa Tetun Belu disebut Tihar. Tihar ini pasti dipunyai oleh setiap rumah tangga di Kabupaten Belu. Menabuh Tihar disebut Basa-Tihar atau He’uk.
 Selain Tihar, satu atau dua wanita lainnya tidak akan membawa Tihar ke dalam lingkaran para penari itu, tetapi membawa Tala. Tala adalah sejenis gong kecil, terbuat dari logam, ukurannya sebesar piring makan, yang sangat cocok ditabuhkan berpaduan dengan pukulan Tihar.
Di samping para wanita yang menabuh gendang apitan bawah ketiak dengan penuh ritmik-dinamis gerakan tubuhnya, ditambah lengkingan gong--para lelaki pun, karena dibakar semangat oleh keramaian bunyi-bunyian Tihar, Tala dan gerak lincah-gemulai para wanita itu, masuk meronggeng dalam lingkaran.
Kadang, para lelaki tampil lebih heboh daripada para wanita. Sering mereka membawa selendang kecil berukuran panjang dua meter dan mereka akan berperangai seperti elang mengepakkan sayap mencari mangsa. Kadang malah mereka membawa kelewang adat, di mana di pangkal kelewang itu diikat rambut dari kepala musuh yang pernah ditebas dengan kelewang sakti itu untuk menunjukkan sifat kepahlawanan leluhur Timor.
Tarian Likurai ditarikan di berbagai acara seperti:
1.    Tarian Likurai ketika dibawakan dalam upacara keagamaan (biasanya dalam peribadatan Gereja Katolik) mau menunjukkan bahwa sebagai umat beriman, kita harus tampil sebagai pahlawan yang selalu berusaha mengalahkan kejahatan dengan selalu memilih untuk berbuat baik sesuai dengan kehendak Tuhan, demi kebahagiaan kita semua.
2.     Tarian Likurai ketika dibawakan dalam menyambut kunjungan tokoh-tokoh pemerintahan, tokoh masyarakat atau pun tamu terhormat, mau menunjukkan bahwa sikap saling menghormati adalah sikap dasariah manusia beradab. Para sesepuh itu layak dihormati dan ini juga menggugah mereka untuk tampil sebagai pahlawan yang siap membela dan mengupayakan kemajuan dan kemandirian segenap rakyatnya.
3.     Tarian Likurai ketika dibawakan dalam berbagai acara syukuran sebenarnya mau menunjukkan kepada kita bahwa kita patut bersyukur kepada Tuhan yang senantiasa memberkati kita, sekaligus kita berterima kasih kepada sesama manusia dan alam semesta yang senantiasa menolong dan menunjang kerja keras kita untuk mencapai idealitas hidup, sesuai yang kita dambakan bersama: hidup yang aman, damai, bersahabat, adil, sejahtera dalam keterpaduan hati sebagai sesama manusia, dengan alam semesta dan dengan kesadaran mendalam bahwa bagaimana pun kita ini makhluk terbatas yang bergantung sepenuhnya pada kekuasaan Tuhan.
Uraian ini adalah klik dari oleh bogger yang Anak Gunung LakaanSenin, Maret 02, 2009

Tidak ada komentar: