Sebelumnya Timor Leste merupakan salah satu provinsi di Indonesia, saat itu bernama Provinsi Timor Timur. Negara Timor Leste secara resmi merdeka pada tanggal 20 Mei 2002. Tidak kaget apabila Timor Leste memiliki budaya yang masih mirip dengan Indonesia, karena
letaknya yang sangat berdekatan bahkan masih satu pulau yang dikenal dengan Pulau Timor. Salah satu budaya tari
yang ada di negara ini adalah tari Likurai. Berikut uraiannya yang di ambil
dari berbagai situs.
TARIAN LIKURAI
Tarian ini berasal dari daratan Pulau
Timor, tak heran jika tarian ini ada
yang sama dan masih satu budaya di Timor Leste maupun NTT.
Para wanita Timor, tua-muda,
besar-kecil, entah berpendidikan tinggi maupun buta aksara, baik orang berada maupun kaum sederhana, semua berpadu mengapit tambur, lalu membentuk barisan atau lingkaran di
antara mereka memukul atau membunyikannya secara dinamis, ritmik, dengan
beraneka ragam bunyi atau warna pukulan, namun tetap menjaga kekompakan, tempo,
juga dipadukan dengan gerakan tubuh, badan meliuk secara beraturan
kesana-kemari seiring bunyi-bunyian yang dihasilkan dari pukulan gendang
tersebut. Gendang ini dalam bahasa Tetun Belu disebut Tihar. Tihar ini pasti dipunyai oleh setiap rumah tangga di
Kabupaten Belu. Menabuh Tihar disebut Basa-Tihar
atau He’uk.
Selain Tihar, satu atau dua wanita lainnya tidak akan membawa Tihar ke
dalam lingkaran para penari itu, tetapi membawa Tala. Tala adalah sejenis gong kecil, terbuat dari logam, ukurannya
sebesar piring makan, yang sangat cocok ditabuhkan berpaduan dengan pukulan
Tihar.
Di samping para
wanita yang menabuh gendang apitan bawah ketiak dengan penuh ritmik-dinamis
gerakan tubuhnya, ditambah lengkingan gong--para lelaki pun, karena dibakar
semangat oleh keramaian bunyi-bunyian Tihar, Tala dan gerak lincah-gemulai para
wanita itu, masuk meronggeng dalam lingkaran.
Kadang, para lelaki tampil lebih heboh
daripada para wanita. Sering mereka membawa selendang kecil berukuran panjang
dua meter dan mereka akan berperangai seperti elang mengepakkan sayap mencari
mangsa. Kadang malah mereka membawa kelewang adat, di mana di pangkal kelewang
itu diikat rambut dari kepala musuh yang pernah ditebas dengan kelewang sakti
itu untuk menunjukkan sifat kepahlawanan leluhur Timor.
Tarian Likurai ditarikan di berbagai acara seperti:
1. Tarian Likurai ketika dibawakan dalam upacara
keagamaan (biasanya dalam peribadatan Gereja Katolik) mau menunjukkan bahwa
sebagai umat beriman, kita harus tampil sebagai pahlawan yang selalu berusaha
mengalahkan kejahatan dengan selalu memilih untuk berbuat baik sesuai dengan kehendak
Tuhan, demi kebahagiaan kita semua.
2. Tarian Likurai ketika dibawakan
dalam menyambut kunjungan tokoh-tokoh
pemerintahan, tokoh masyarakat atau pun tamu terhormat, mau menunjukkan
bahwa sikap saling menghormati adalah sikap dasariah manusia beradab. Para
sesepuh itu layak dihormati dan ini juga menggugah mereka untuk tampil sebagai
pahlawan yang siap membela dan mengupayakan kemajuan dan kemandirian segenap
rakyatnya.
3. Tarian Likurai ketika dibawakan
dalam berbagai acara syukuran sebenarnya
mau menunjukkan kepada kita bahwa kita patut bersyukur kepada Tuhan yang
senantiasa memberkati kita, sekaligus kita berterima kasih kepada sesama
manusia dan alam semesta yang senantiasa menolong dan menunjang kerja keras
kita untuk mencapai idealitas hidup, sesuai yang kita dambakan bersama: hidup
yang aman, damai, bersahabat, adil, sejahtera dalam keterpaduan hati sebagai
sesama manusia, dengan alam semesta dan dengan kesadaran mendalam bahwa
bagaimana pun kita ini makhluk terbatas yang bergantung sepenuhnya pada
kekuasaan Tuhan.
Uraian ini adalah klik dari
oleh bogger yang Anak
Gunung LakaanSenin, Maret 02, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar