NAMA NOVEL : SANG PEMIMPI karya ANDREA HIRATA
NAMA TOKOH
o
Ikal (Muhammad Haikal) : tokoh utama, suka mengamati,
o
Arai :
penuh semangat
o
Jimbron :
gagap, baik, penurut
o
Ayah :
suka berbicara pelan, pendiam, ramah
o
Ibu :
penyayang, ramah
o
Pak Mustar :
tegas, teliti
o
Pak Balia :
ramah, semangat
o
Taikong Hamim :
ramah
o
Pendeta Giovani : baik, bijaksana
o
Murid 1, 2, 3 :
bersahabat
o
Tetangga 1,2 :
santai
ADEGAN 1
Suatu hari di rumah mungil
pinggir jalan yang sepi, seorang tukang pos berhenti di depan rumah mungil itu lalu
mengetuk pintu. Seorang wanita usia lima puluhan membuka pintu dan menyambut
tamunya dengan ramah.
Tukang Pos : (turun dari sepeda tua dan
mengambil satu amplop, lalu berjalan ke sebuah rumah, dan mengetuk pintu)
Tok... Tok... tok...
Ibu :
(membuka pintu) Mari... mari Pak
silakan masuk (tersenyum ramah).
Tukang pos : Terimakasih, Mak Cik. Tidak usah, saya hanya mengantarkan surat undangan
ini dari SMA Negeri Bukan Main (menyerahkan
sebuah amplop).
Ibu :
Surat apa ya, Pak.? (penasaran).
Tukang Pos : Wah saya kurang tau, Mak Cik. Saya hanya mengantarkan surat untuk
banyak orangtua siswa. Silakan tanda tangan di sini, sebagai bukti penerimaan
kiriman surat (sambil menyodorkan
selembar kertas dan pulpen).
Ibu :
Baik, baik. Terimakaasih ya Pak (sambil
menandatangani selembar kertas itu)
Tukan Pos : Sama-sama, Mak Cik. Baiklah, saya permisi dulu, masih banyak
surat yang harus saya antar (melipat
kertas itu da memasukkan ke dalam tas)
Ibu :
Iya, silakan Pak. Sekali lagi terimakasih.
Tukang Pos : Melambaikan tangan (sambil
menaiki sepeda tuanya).
Ibu
itu masuk ke dalam rumah dan mencari suaminya dengan hati berdebar-debar ingin
segera membuka surat undangan dari sekolah kedua anaknya. Sang ayah tak bisa
membaca surat yang bertuliskan huruf itu. Lalu Ibu membacakan surat itu.
Ibu :
Pak, pak.. ini ada surat dari sekolah Arai dan Ikal (menjulurkan surat itu pada suaminya)
Ayah :
Surat apa ini, Bu. Tolong bacakan (berbicara
dengan pelan dan penuh penasaran, membuka amplop dan balik menyodorkan surat
itu pada Ibu).
Ibu :
(membaca surat) Surat undangan
penerimaan rapor untuk Arai dan Ikal, Pak. Lihat menunjukkan dangan telunjuk)
tempat duduknya ada di depan, berarti anak-anak kita pintar, Pak (tersenyum lebar dan bahagia).
Ayah :
Ooh, Iyakah...(tersenyum bahagia).
ADEGAN 2
Menurut
ayahku, hari pembagian raporku adalah hari besar bagi beliau. Terbukti bahwa ayahku
mengambil cuti dua hari dari menyekop xenotim di intalansi pencucian timah.
Seperti rutinitas
sehari-harinya, pagi itu Ibu menyiapkan sarapan pagi dan bersih-bersih rumah.
Ia cukup heran mengapa ayah tak beranjak bersiap-siap pergi bekerja di PN Timah.
Ibu : Ini
sarapan sudah siap. Kenapa ayah ini tak
lekas siap-siap pergi bekerja?
Ayah : (duduk) Hari ini dan besok ayah tidak
pergi bekerja. Kemarin ayah sudah ambil cuti buat pengambilan rapor Ikal dan
Arai (menoleh ke arah ibu).
Usai sarapan pagi, Ayah
menyiapkan berbagai keperluan yang akan ia gunakan di hari pemberian rapor itu.
Ia mengeluarkan sepatu kulit buaya bermerek Angkasa dan ikat pinggang plastik
bermotif ular ia semir lalu di jemur bersama kaus kaki sepak bola berwarna
hijau itu. Lalu ia menuntun keluar sepeda Rally
Robinson made in England-nya untuk diteliti dan dilap dengan semir
buatannya sendiri.
Ibu :
Tak perlulah Bapak, siapakan itu semua sendiri. Ibu bisa kerjakan semua itu
(berhenti dari kerjaannya lalu mendekat ke arah ayah)
Ayah :
Tak usah, tidak apa-apa (sambil mengelap sepeda dengan teiti
Ibu :
Ah, kau ini sudah berapa lama barang-barangmu itu kau simpan. Dan, hanya kau
pakai saat-saat tertentu saja.
Ayah :
(tersenyum)
Terakhir, ayah juga mengeluarkan
busana terbaiknya yaitu baju safari empat saku yang mempunyai nilai historis
baginya.
--- Flashback di mulai
ADEGAN 3
Siang itu
ayah pulang lebih awal, karena pada hari itu adalah hari pengangkatan para
tenaga langkong menjadi pegawai tetap. Bonusnya adalah kain putih kasar
bergaris hitam. Oleh ibuku kain itu dijadikan lima potong celana dan baju safari.
Ayah : Ikal,
bawakan kain ini pada ibumu, sekarang ayah sudah jadi pegawai tetap.
Ikal : Hoi..
ayah kita udah jagi pegawai tetap (memegang
kain, berlari, dan membawanya kepada ibu).
Adik : Yee.. (senang) Selamat Bapak.
Ibu : (memegang kain) Wah.. Kain ini nak ibu
jadikan baju safari dan celana untuk ayah dan kalian (menatap anak-anaknya, tersenyum, lekas beranjak ke mesin jahit dan
merancang desain).
Hari raya Idul Fitri pun tiba ayah,
Ikal, adik laki-lakinya, dan kedua abangnya memakai seragam yaitu baju safari
empat saku. Kami silaturrahmi keliling kampung seperti rombongan petugas cacar.
Ayah :
Assalamu’alaykum.
Tetangga 1 : Wa’alaykum salam, mohon maaf lahir batin, Pak Cik.
Tetangga 2 : Saya juga, minal aidin wal faidzin, Pak Cik. Wah ini seperti
petugas cacar saja, berseragam
Ibu :
Ah, ibu ini ada-ada saja. Ini baju saya yang buat dari bonus pengangkatan pegawai
tetap Bapak di PN Timah.
Tetangga 1 : Wah sudah diangkat? Selamat, Pak Cik.
--- Flashback berakhir
ADEGAN 4
Selesai persiapan di rumah Ayah
pergi ke pasar los ikan. Ia hendak memotong rambut dan kumisnya di tempat kawan
baiknya, Taikong Hamim. Disana, sedang duduk beberapa orang yang sedang
bercengkrama.
Taikong Hamim : Hai Pak Cik,
apa kabar? (melihat ke arah Ayah).
Ayah :
( tersenyum).
Taikong Hamim : Jarang-jarang
sekali Pak Cik datang kemari. Hendak ada acara apa, Pak Cik?
Ayah :
(duduk di depan Taikong) Besok, akan
mengambil rapor Arai dan Ikal... (memperlihatkan
amplop undangan).
Taikong Hamim : Oh, si Kancil
Keriting itu, Pak Cik?
Bapak 1 : Wah... pandai betul anak kau
Pak Cik.
Bapak 2 : Bener tuh Pak Cik, anak-anak
yang masuk SMA itu adalah anak baik-baik. Berarti anak kau bahkan lebih baik
dari yang baik-baik, haha (tertawa)
Ayah :
(Hanya mengangguk dan tersenyum).
Taikong Hamim : (menatap Ayah lama).
Itulah orang pendiam, kata-katanya ditunggu orang. Sebenarnya, dengan
memperlihatkan isi amplop itu ayahku bisa membual sejadi-jadinya. Tapi bagi
ayahku, tujuh kata itu: “besok, akan mengambil rapor Arai dan Ikal”, yang hanya
terdiri atas tiga puluh empat karakter itu, sudah cukup.
ADEGAN 4
Pagi itu hari Senin, seperti
biasanya Pak Mustar memberikan amanat saat upacara berlangsung. Murid-murid
berbaris rapi sambil mendengarkan kata-kata Pak Mustar.
Pak Mustar : (berdiri sambil memegang
mikrofon) Anak-anak, surat undangan sudah di kirim ke orang tua kalian.
Semoga mereka tidak dibuat malu oleh kalian saat pembagian rapor nanti. (diam sejenak).
Pak Mustar : (melanjutkan) Saya akan
tata kursi duduk untuk orang tua kalian berdasarkan rangking dan prestasi yang kalian
buat selama satu semester ini. Agar kalian jeli dan nantinya kalian harus berusaha
untuk membuat bangga bagi orang tua kalian.
Arai :
(berbisik) Boi, Aku yakin ayah kau
tak akan kecewa. Selama ini kita sudah belajar keras tuk dapatkan nilai yang
terbaik. Tenanglah kau, Kal (melirik ke
arah Ikal di sampingnya).
Ikal :
Betul kau, Rai (tersenyum, tanda
menyetujui pendapat Arai).
Murid 1 : Ssssttt... janganlah keras-keras, nanti kalau ketahuan
Pak Mustar atau guru lainnya. Bisa kena hukuman kalian (bicara lirih).
Ikal, Arai : (mengangguk-angguk).
ADEGAN 5
Suami
istri itu bangun pukul tiga pagi. Ibuku menyalakan arang dalam setrikanya,
mengipas-ngipasnya dan dengan gesit memercikkan air pandan dan bunga kenanga. Sedangkan Ayah kembali melakukan pengecekan pada sepedanya untuk
sebuah perjalanan jauh yang sangat penting.
Ibu : Pak, itu sarapan juga sudah siap. Bajunya
juga sedang saya siapkan (memercikkan air
ke baju dan menyetrikanya)
Ayah : Sebentar, Bu. Ayah sedang mengecek
sepeda ini (mengeluarkan sepeda dari
dalam rumah, lalu mengecek, dan mengelapnya sebentar).
Ayahku
adalah ayah nomor satu sedunia. Safari empat kantong itu adalah baju istimewa
Ayah. Hanya dipakai ketika ada peristiwa yang istimewa baginya, termasuk hari
pengambilan rapor aku dan Arai.
Usai
shalat subuh ayahku siap berangkat. Beliau akan bersepeda ke Magai ke SMA
Negeri Bukan Main, 30 kilometer jauhnya.
Ayah : (menuntun sepeda) Saya nak berangkat
dulu.
Ibu : (menyampirkan
karung timah di sepeda ayah) Hati-hati di jalan (senyum).
Ayah : Baik, assalamu’alaykum (menaiki sepeda lalu pergi).
ADEGAN 6
Pagi-pagi di
aula sudah berjajaran kursi yang ditata oleh Pak Mustar dan penjaga sekolah dengan
rapi. Para orang tua dan wali pun mulai berdatangan. Pak Mustar menjejer
sepuluh kursi khusus di depan. Di sanalah berhak duduk para orang tua yang
anaknya meraih prestasi sepuluh besar.
Pak Mustar : Sepuluh terbaik itu adalah anak-anak Melayu avant grade, garda depan (berkata
dengan bangga dan tegas).
Hadirin : (Bertepuk tangan).
Pak Mustar : Baiklah Bapak-Ibu sekalian untuk pengambilan rapor selanjutnya akan
saya panggil nama anak bapak-ibu. Berikut akan saya panggil dulu anak-anak
Melayu yang berprestasi masuk sepuluh besar SMA Negeri Bukan Main.
Pak Mustar : Yang pertama diraih oleh Zakiah Nurmala (sambil membawa buku rapor dan memberikannya kepada wali) yang kedua
..., ketiga Muhammad Haikal, yang keempat ..., yang kelima Arai...
Ayah :
(tersenyum bangga, lalu berdiri, berjalan
menuju podium dan menerima buku rapor)
Pak Mustar : Selamat Bapak, anak Anda berprestasi.
Pak Balia : Selamat, Pak. Ikal dan Arai adalah anak berbakat. Pesankan
pada pada mereka, tetap rajin-rajinlah belajar. (tersenyum sambil menyalami Ayah).
Ayah :
(Mengangguk-angguk). Terima kasih (tersenyum sambil menyalamu Pak Mustar dan
Pak Balia).
ADEGAN 7
Semester pertama, rangkingku dan Arai tidaklah buruk namun itu
mengejutkan bagi kami. Aku rangking lima, Arai rangking tujuh. Sedangkan kawan
kami Jimbron berada di posisi tujuh puluh delapan dari 160 siswa kelas sepuluh
di SMA Negeri Bukan Main.
Usai pembagian rapor para orang
tua atau walinya menemui anak-anak mereka. Termasuk Jimbron, meskipun kedua
orang tuanya sudah meninggal, tetapi ia memiliki paman seperti Pendeta Giovani
yang baik.
Jimbron : Paman, ma..ma af kan saya. Ji.. jika hasilnya ku..kurang
baik (menunduk, berkata gagap).
Pendeta Gio : Jimbron, tidak apa-apa, kamu anak yang baik. Tetap rajin
belajar dan kerja keras. Supaya ayah dan ibu kau merasa senang di sana. (Bicara pelan, sambil menepuk pundak Jimbron).
Jimbron : (Mengangguk-angguk,
lalu pergi mendekat ke Ikal dan Arai).
Arai, Ikal, dan Jimbron berdiri
sejajar. Orang orang berlalu lalang, diantaranya banyak yang mengucapkan
selamata pada Arai dan Ikal.
Arai : Hei, kalian nak cepat-cepat pulang?
Murid 2 : Hei, iya. Kau hebat selamat ya.
Murid 3 : Iya, kau Ikal hebat sekali masuk tiga besar dan kau Arai masuk
sepuluh besar. Hei, (menepuk pundak
Jimbron) kau Jimbro, kau kawan paling hebat dari di sekolah ini... haha (tertawa bercanda).
Jimbron : (senyum) Te..
Trimakasih.
(Semua tertawa bersama)
Memang, biasanya acara pembagian
rapor akan berakhir dengan maki-makian kasar orang tua pada anak-anaknya di
bawah jajaran pohon bungur di depan aula tadi. Tapi Ayah menemui Ikal dan Arai
yang sedari tadi menunggu dekat parkiran tempat ayah memarkirkan sepeda dengan
tersenyum dan tidak banyak kata.
Ayah :
(Berjalan pelan tersenyum menatap Ikal
dan Arai).
Ikal dan Arai : (Berdiri, tersenyum,
menyalami dan mencium tangan Ayah).
Ayah :
(Diam, menatap satu per satu Ikal dan
Arai. Lalu menepuk pundak Ikal, mengelus rambut Arai, dan senyum kepada Jimbron).
Ayah :
Assalamu’alaykum (pergi, lalu mengambil
sepeda).
Ikal, Arai, Jimbron : Wa’alaykum salam.
Ikal :
(Menatap ayah pergi).
Cuma kata itu, cuma senyum
itu. Ayahku tetap terdiam dengan senyumnya. Tapi ia adalah ayah juara satu buat
aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar