Sabtu, 11 Oktober 2014

Mengurai Kembali Lagu Kenangan “Januari di Kota Dili”

Apa kabar Timor?
            Januari di kota Dili. Lagu ini bertema romantisme dan alam, meskipun begitu sepintas pasti akan mengingatkan kita tentang politik, sosial, geografis, agama, dan budaya pula. Dili adalah sebuah kota besar atau ibu kota negara Timor Leste. Sebuah negri yang pernah menjadi secuil bagian dari Indonesia. Apa kabar Timor hari ini? Dan, membuat kita mulai merasa penasaran pula bagaimana keadaan mereka setelah lepas dari bagian negri kita tercinta. Tapi, kali ini saya tidak akan membahas hiruk pikuk tahun 1999 hingga tahun 2002 lalu itu. Saya hanya akan menceritakan apa saya pikirkan seputar lagu ini setelah mendengarnya.
            Dalam bayangan saya setelah mendengar lagu ini, sebuah perjalanan cinta yang tertinggal di negeri Timor, di tempat yang telah berbeda kini. Bagaimana kita harus melintas pulau, menyebrangi lautan untuk menjemput sang belahan jiwa, merindukan pelukan dan tatapan mata yang telah mengetuk hatinya. Ketika biduk sampai di dermaga, lalu aku menjemput Cintamu Timor Lorosae...
Simak berikut liriknya....
Biarlah layar terkembang
Ku ingin menyebrang
Melintas pulau dan lautan
Menjemput cintaku
Belahan jiwa yang tertinggal
Di Timor Lorosae...

Menderu ombakmu menabuh pantai
Kala tatap matamu sapa jiwaku
Membiru  lautmu memeluk pasir
Kala harum nafasmu sebut namaku

Dua langit tlah membaur di suatu cakrawala
Dua biduk tlah berlabuh di suatu dermaga cinta
Reff:
Januari di kota Dili
Tak terkira cinta bersemi
Januari lekas berganti
Dan terhempas cintaku
Januari di kota Dili
Kian hangat dalam ingatan
Nantikanlah aku kembali
Tuk menjemput cintamu
La.. la.. la..
Menguning bulanmu mengetuk malam
Mesra jemarimu belai sukmamu
Membias bintangmu menghias hidup
Dan hangatnya bibirmu kecup kalbuku

Dua langit tlah membaur disuatu cakrawala
Dua biduk tlah berlabuh disuatu dermaga cinta
Back to Reff
Cintamu Timor Lorosae...
Cintamu Timor Lorosae...


            Lagu ini baru bagi saya, dan saya menemukannya baru beberapa hari yang lalu. Lagu berjudul empat kata ini mungkin sudah berkali-kali saya dengarkan, namun tak kunjung membuat saya bosan. Rupanya Ritta Efendy telah berhasil membawakan lagu ini dengan suara merdunya. Ia membawakannya dengan apik, suara bening, dan lembut. Pemainan nada yang digunakan perlahan dan menarik dengan tempo sedang. Terkadang saya merasa nada instrumennya mirip nada-nada instrumen klasik yang sering digunakan dalam drama kerajaan korea, misal Queens of Seondok, dan instrumen Jepang, The best of Kitaro.
            Selain dari aransemen lagunya yang apik dan Melayu, syairnya terasa layak untuk dikenang. Rasa kehilngan, rindu, sayang, haru, tenang dan damai menyertai setiap bait di lagu ini. Di balik makna lagunya kerinduan pada kekasih di Timor, pada kenyataanya kini Timor tak lagi menjadi bagian dari Indonesia. Lagu ini tak terlepas dari sejarah yang pernah terjadi. Aku jadi teringat orang-orang yang keluarganya ada di sana, melepas rindu dan bertemu di jembata Atambua di perbatasan INDO-RDTL, meninggalkan harta-saudara yang kini tempat itu telah terpisah, rumah tetangga dan desa tetangga menjadi negara tetangga. Dan Kini perbatasan itu telah di jaga ketat dengan pasukan bersenjata selalu sigap.
           

Tags: tari timor leste, timor leste usai merdeka, kota dili, obrigado,

Tidak ada komentar: