I.
JUDUL DAN SETING PELAKSANAAN
a. Judul Praktikum :
“Pernafasan pada Hewan”
b. Waktu pelaksanaan : Senin, 11 Februari 2014
c. Tempat : Lab. Biologi SMAN 1 Bantul
II.
DASAR
TEORI
Pengertian
Pernapasan (Respirasi)
Pernapasan
mutlak diperlukan makhluk hidup agar dapat tetap hidup. Istilah pernafasan sering diartikan sama dengan respirasi,
sebenarnya istilah tersebut secara harfiah berbeda. Pernafasan (breathing) berarti menghirup dan
menghembuskan nafas, atau
memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan
mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan luar. Sedangkan
respirasi (respiration)
berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di
dalam sel guna memperoleh energi. Pada hewan – hewan tingkat tinggi terdapat
alat untuk proses pernafasan, yakni berupa paru – paru, insang atau trakea,
sementara pada hewan – hewan tingkat rendah dan tumbuhan proses pertukaran
udara tersebut dilakukan secara langsung dengan difusi melalui permukaan sel –
sel tubuhnya (Campbell, 2000).
Ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen, respirasi dapat dibedakan menjadi
respirasi aerob dan respirasi anaerob. Respirasi aerob yaitu respirasi yang
menggunakan oksigen bebas untuk mendapatkan energi dan respirasi anaerob atau
biasa disebut dengan proses fermentasi yaitu respirasi yang tidak menggunakan
oksigen namun bahan bakunya adalah seperti karbohidrat, asam lemak, asam amino
sehingga hasil respirasi berupa karbondioksida, air dan energi dalam bentuk ATP
(Anonim, 2009).
Ada 2 macam pernapasan yaitu pernapasan eksternal (luar)
dan internal (dalam). Pernapasan eksternal meliputi proses pengambilan O2
dan pengeluaran CO2 dan uap air antara organisme dengan lingkungan.
Sedangkan pengeluaran internal atau seluler terjadi di dalam sel (sitoplasma
dan mitokondria).[1]
Secara
sederhana reaksi kimia yang terjadi dalam pernapasan dapat ditulis
sebagai berikut :
C6H12 + O2(gas) à CO2(gas) + H2O + energi
Klasifikasi
Kelas Insekta dan Hewan Jangkrik
Insecta (Latin, insekti = serangga) meliputi 90% dari
sekitar satu juta jenis filum hewan Arthropoda dan salah satu jenis
invertebrata yang dapat terbang. Insekta umumnya memiliki ciri berkaki 6 buah,
sehingga juga dinamakan Hexapoda (hexa: enam, podos: kaki).
Jenis hewan ini berhabitat di air tawar, laut, dan darat dan sering dijumpai di
sekitar kita, misalnya lalat, capung, jangkrik, semut dan sebagainya. Tubuh
Insekta terdiri 3 bagian, yaitu kaput (kepala: sepasang mata majemuk dan
tunggal, sepasang antena), toraks (terdiri 3 segmen: kaki dan sayap), dan
abdomen (tidak terdapat anggota tubuh, ada spirake, bada malpigi dan alat
kelamin). Insekta sebagian besar mengalami perubahan ukuran dan bentuk saat
dari muda menjadi dewasa atau disebut metamorfosis.[2]
Salah
satu contoh hewan insekta yang hidup di darat adalah jangkrik atau dalam bahasa
Latin disebut Liogryllus Sp. Jangkrik memiliki
sepasang sayap, sepasang antena di atas kepala, dan 3 pasang kaki. Tubuhnya
terdiri dari 3 bagian, yaitu kepala dengan kaput, toraks (dada), dan abdomen. Habitat
jangkrik hidup di sawah, kebun dan lingkungan dengan banyak pepohonan. Berikut
klasifikasi hewan jangkrik secara rinci:
KLASIFIKASI
JANGKRIK
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Orthoptea
Famili : Gryllidae
Genus : Liogryllus
Spesies : Liogryllus Sp.
Pernapasan
pada Insekta
Sistem pernapasan hewan
salah satunya pada serangga
(insect) berupa sistem pembuluh trakea. Trakea merupakan tabung
udara atau pembuluh
udara yang bercabang-cabang (trakeola) menjadi
pembuluh-pembuluh udara yang halus ke seluruh bagian tubuh
hingga percabangan terakhir (±0,1 nanometer) tenggelam ke membran sel tubuh. Pada
hewan insekta, spirakel pada segmen pertama dan ketiga masing-masing terdapat
satu pasang pada tiap sisi toraks (dada) dan delapan pasang lainnya terdapat
pada abdomen. Spirakel dilindungi oleh bulu-bulu halus yang berfungsi menahan
debu dan benda asing pada saat sebelum udara masuk memasuki trakea. Selain itu,
spirakel juga dilindungi oleh katup yang dikontrol oleh otot sehingga dapat
membuka dan menutup.
Mekanisme Sistem
Pembuluh Trakhea
Udara
keluar-masuk melalui lubang-lubang pernapasan pada eksoskeleton yang disebut stigma
atau spirakel kemudian masuk ke
trakea. Jika otot berkontraksi,
spirakel terbuka dan trakea mengembang sehingga udara dari luar masuk ke dalam
trakea. Dari trakea udara masuk ke trakeola, kemudian ke seluruh tubuh dan
akhirnya sampai ke membran sel dan oksigen akan berdifusi.[3]
Oksigen larut dalam cairan pada trakeolus kemudian berdifusi ke dalam sel sel
terdekatnya. Selain itu hasil respirasi yang berupa karbondioksida juga
dikeluarkan melalui sistem trakea pada saat otot berelaksasi, sehingga trakea
mengempis dan udara keluar melalui spirakel. Dengan mekanisme sistem pernapasan
tersebut oksigen maupun karbondioksida tidak diedarkan oleh darah melainkan
pembuluh trakea. Oleh karenanya pembuluh darah pada hewan insekta hanya
digunakan untuk mengedarkan sari-sari makanan dan hormon saja.
III.
TUJUAN
1.
Memahami
dan mengetahui sistem pernapasan pada
hewan
insekta
2.
Menghitung
penggunaan oksigen untuk pernapasan pada hewan insekta
3.
Mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi respirasi pada serangga (jangkrik)
IV.
ALAT DAN BAHAN
1.
Respirometer
sederhana 1 buah
2.
Neraca 1
buah
3.
Pipet 1
buah
4.
Stopwatch/jam 1
buah
5.
Belalang/jangkrik 1 ekor
6.
KOH
(Kalium Hidroksida) 2-3
kristal kecil
7.
Kapas secukupnya
8.
Eosin secukupnya
(2strip atau 2 tetes)
9.
Kantong
plastic 1
buah
10.
Vaselin/Sabun detergen secukupnya
V.
CARA KERJA
1.
Siapkan
dan bersihkan respirometer.
2.
Bungkuslah
2-3 buah kristal KOH dengan kapas dan masukan ke dalam tabung respirometer.
3.
Timbanglah
hewan dengan kantong plastik (agar tidak lepas), tentunya beratnya, lalu
masukkan ke dalam respirometer yang sudah berisi kapas dan KOH.
4.
Tutuplah
dengan pasangannya dan olesilah dengan vaselin/sabun detergen pada bagian
sambungan.
5.
Tutuplah
ujung pipa respirometer dengan ujung jari selama 1 menit.
6.
Bukalah
jari, setelah itu dengan menggunakan pipet masukkanlah eosin 2 strip
7.
Amatilah
gerakan eosin setiap 5 menit selama 20 menit (4x pengamatan)
8.
Catatlah
dalam table pengamatan.
VI.
GAMBAR
RANGKAIAN ALAT
Ket. 1 skala/strip= 0,01 cc
VII. HASIL
PENGAMATAN
Berikut adalah tabel hasil
pengukuran berdasarkan waktu yang telah ditentukan dari hasil praktikum yang
telah dilakukan:
Berat Hewan
|
Pegeseran Eosin (strip)
|
Waktu (menit)
|
1,2
gram
|
30
strip
|
5 menit
|
15
strip
|
5 menit
|
|
20
strip
|
5 menit
|
|
12
strip
|
5 menit
|
|
Total
|
77
strip
|
20 menit
|
VIII.
PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini
dapat diketahui cara mehitung volume udara yang dihirup oleh jangkrik dengan melihat skala pada pipa respirometer. Volume dihitung berdasarkan
selisih strip pada posisi awal eosin dengan posisi terakhir eosin pada pipa berskala, dan
dihitung per satuan waktu (menit).
Pengukuran Volume
Respirasi
Grafik 1. Laju Pergeseran Eosin oleh
Pernafasan Jangkrik
Berdasarkan
grafik laju pergesaran percobaan diatas menunjukkan bahwa laju pernafasan oleh
jangkrik dominan menurun karena disebabkan semakin sedikitnya oksigen yang
tersedia dalam tabung. Berikut perhitungan rata-rata volume udara berisi
oksigen yang dihirup hewan jangkrik dengan berat badan 1,2 gram.
Laju pernafasan rata-rata =
=
=
=
Jadi, volume rata-rata udara yang dihirup jangkrik
dengan berat badan 1,2 gram tersebut adalah 3,208 ml setiap menit.
Fungsi Respirometer
Alat yang digunakan dalam mengukur
kecepatan pernapasan dipercobaan
kali ini adalah respirometer sederhana. Respirometer
adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan pernapasan beberapa
hewan kecil seperti serangga. Prinsip kerja alat ini adalah bekerja atas
suatu prinsip yaitu jika dalam pernafasan terdapat oksigen (O2) yang dinutuhkan organisme tentu ada karbondioksida (CO2) yang dikeluarkan olehnya. Apabila organisme yang hidup dan bernapas itu dimasukkan dalam ruang tertutup dan karbondioksida yang dikeluarkan oleh organisme
dalam ruang tertutup itu diikat dalam hal ini dengan kristal eosin, maka udara akan menyusut. Selanjutnya, kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu dapat di amati pada pipa
kapiler berskala.
Fungsi Laruta KOH
Penggunaan Kristal
KOH pada percobaan ini berfungsi sebagai pengikat gas CO2 :
1.
Agar tekanan
dalam respirometer menurun. Jika tidak diikat maka tekanan parsial gas dalam
respirometer akan tetap dan eosin tidak bisa bergerak. Akibatnya volume oksigen
yang dihirup serangga tidak bisa diukur.
2.
Agar organisme
(jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah
jangkrik bernapas dan pergerakan larutan eosin/tinta benar-benar hanya
disebabkan oleh konsumsi oksigen Kristal KOH/NaOH dapat mengikat CO2
karena bersifat higroskopis.
Apabila dalam tabung repirometer tidak terdapat zat
pengikat karbondioksida, maka karbondioksida akan bercampur dengan oksigen dan
gas lainnya. Sehingga lama-kelamaan udara didominasi oleh karbondioksida. Hal
itu akan menyebabkan jangkrik memiliki frekuensi respirasi yang cepat dan eosin
tidak bergerak seiring jangkrik bernapas. Selain itu KOH akan bersifat panas,
sehingga harus dibungkus dengan kapas.
Berikut reaksi
kimia antara KOH dapat berikatan dengan CO2, yaitu:
i.
KOH(solid)
+ CO2(gas) → KHCO3(solid)
ii.
KHCO3(solid)
+ KOH(solid) → K2CO3(solid) + H2O(liquid)
Fungsi
Larutan Eosin
Larutan
eosin berfungsi sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme
(jangkrik) pada repirometer sederhana. Larutan eosin akan selalu bergerak
mendekati botol respirometer sederhana karena organisme dalam percobaan
(jangkrik) dalam respirometer dapat menghirup udara O2 dan CO2 yang
dikeluarkan telah diikat oleh KOH sehingga larutan eosin yang berwarna dapat
bergerak melalui pipa sederhana. Dari pergerakan eosin dapat diketahui volume
dari udara yang diserap oleh jangkrik per satuan waktu.
Faktor yang Mempengaruhi Volume Respirasi
Setiap
mahlik hidup memiliki volume udara untuk inspirasi yang berbeda-beda sesuai
kebutuhan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam maupun luar tubuh diantaranya
didapat dari beberapa sumber yaitu :
a.
Berat tubuh, semakin berat tubuh suatu
organisme, maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan karena memiliki
aktivitas dalam tubuh yang lebih ekstra dan sebaliknya bagi hewan yang lebih
kecil.
b.
Ukuran tubuh, semakin besar ukuran tubuh maka
keperluan oksigen semakin banyak. Selain karena itu, luas permukaan dan bagian
tubuh pada organisme semakin lebar sehingga oksigen yang dibutuhkan juga
menyesuaikan.
c.
Kadar O2, Bila kadar
oksigen rendah maka frekuensi respirasi akan meningkat atau proses menghirup
lebih rentan/cepat sebagai kompensasi untuk meningkatkan pengambilan oksigen.
Sebaliknya bila kadar oksigen dalam udara tinggi maka respirasi akan terbilang
tenang dengan frekuensi normal atau lamban sesuai kondisi kesehatan tubuh organisme.
d.
Aktivitas, organisme yang melakukan aktivitas membutuhkan
energi. Sehingga, semakin tinggi dan berat aktivitasnya, maka semakin banyak
kebutuhan energinya untuk diolah menjadi tenaga,akibatnya pernafasannya semakin
cepat.
e.
Habitat yang ditempati atau faktor lingkungan, sebenarnya juga berhubungan dengan kadar O2 dan proses
aktivitas organ dalam tubuh. Sebagai
contoh habitat organisme atau makhluk hidup itu sendiri berada di daerah yang
panas, sejuk, dingin, dataran tinggi atau rendah, udara, darat, maupun air.
Proses
Pernafasan hewan Jangkrik
Seperti yang penulis paparkan di bahasan dasar teori
tentang pernafasan pada insekta tidak berbeda dengan percobaan hewan jangkrik
ini. Pernafasan pada serangga dilakukan denga menggunakan sistem pembuluh trakea.
Udara keluar dan masuk tidak melalui mulut maupun hidung akan tetapi melalui lubang–lubang
sepanjang kedua sisi tubuhnya yang dinamakan stigma atau spirakel.
Tubuh jangkrik bagian abdomen terdiri dari ruas-ruas yang terdapat sepasang
stigma di sisi kiri dan sisi kanan. Stigma akan selalu terbuka dan merupakan
lubang menuju ke pembuluh trakea. Udara masuk melalui stigma ini, kemudian
menyebar melalui trakea yang berbentuk bercabang–cabang terus hingga sampai ke
pembuluh halus yang terdapat di seluruh bagian tubuh jangkrik. Jadi, oksigen
diedarkan tidan melalui darah melainkan langsung dari pembuluh trakea ke sel –
sel yang ada disekitarnya. Dengan demikian cairan tubuh serangga (“darah
serangga”) tidak berfungsi mengangkut udara pernafasan tetapi hanya berfungsi
mengedarkan sari – sari makanan dan hormon.
Proses pernafasan serangga terjadi karena otot – otot
yang bergerak secara teratur. Kontraksi otot – otot tubuh mengakibatkan
pembuluh trakea mengembang dan mengempis, sehingga udara keluar dan masuk
melalui stigma. Pada saat trakea mengembang, udara masuk melalui stigma, selanjutnya
masuk ke dalam trakea, lalu ke dalam trakeolus dan akhirnya masuk ke dalam sel
– sel tubuh. O2 berdifusi ke dalam sel–sel tubuh. CO2
hasil pernafaasan dikeluarkan melalui sistem trakea yang akhirnya dikeluarkan
melalui stigma pada waktu trakea mengempis.
IX.
KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan dan study pustaka yang
telah dijelaskan dalam pembahasan maka dapat disimpulkan tentang:
1.
Semua organisme yang hidup membutuhkan respirasi walaupun tidak semua jenis
memiliki sistem dan alat respirasi yang sama.
2.
Proses pernapasan yakni menguraikan makanan dengan oksigen menghasilkan
gas karbondioksida, uap air, dan enregi (C6H12 +
O2 à CO2
+ H2O + energi).
3.
Sistem pernafasan pada hewan insekta adalah sistem pembuluh trakea dimana
udara keluar-masuk melalui stigma lalu oksigen diedarkan oleh pipa cabang
trakea, atau bukan pembuluh darah.
4.
Perhitungan laju volume oksigen organisme kecil dengan respiratometer
adalah dengan melihat pergeseran eosin. Dengan mengguakan KOH sebagai pengikat
CO2.
5.
Kebutuhan
oksigen setiap organisme dipengaruhi beberapa faktor seperti: jenis organisme, ukuran berat tubuh, serta
aktivitas organisme tersebut, habitat yang ditempati, dan kadar O2 walaupun
pada jenis serangga ataupun jenis hewan yang serupa.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Respirasi. http://id.wikipedia.org/wiki/respirasi:
diakses pada 24 Februari 2014 pukul 21:09 WIB
Campbell, Neil A. 2000. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Aryulina, Diah
dkk. 2007. Biologi SMA dan MA untuk kelas
XI. Jakarta : Esis
Pratiwi, D.A
dkk. 2012. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI.
Jakarta : Erlangga
Dinata,
Riki Arya. 2012. Laporan Respirasi Pada Serangga Jangkrik. http://secuilmimpi.blogspot.com/2013/10/laporan-respirasi-pada-serangga-jangkrik.html : diakses pada
26 Februari 2014 pukul 15.14 WIB
Bantul,
9 Maret 2014
Praktikan
Anugrahi
Mahastri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar