Apa kabar Timor?
Januari di kota Dili. Lagu ini bertema
romantisme dan alam, meskipun begitu sepintas pasti akan mengingatkan kita tentang
politik, sosial, geografis, agama, dan budaya pula. Dili adalah sebuah kota
besar atau ibu kota negara Timor Leste. Sebuah negri yang pernah menjadi secuil
bagian dari Indonesia. Apa kabar Timor hari ini? Dan, membuat kita mulai merasa
penasaran pula bagaimana keadaan mereka setelah lepas dari bagian negri kita
tercinta. Tapi, kali ini saya tidak akan membahas hiruk pikuk tahun 1999 hingga
tahun 2002 lalu itu. Saya hanya akan menceritakan apa saya pikirkan seputar
lagu ini setelah mendengarnya.
Dalam
bayangan saya setelah mendengar lagu ini, sebuah perjalanan cinta yang
tertinggal di negeri Timor, di tempat yang telah berbeda kini. Bagaimana kita
harus melintas pulau, menyebrangi lautan untuk menjemput sang belahan jiwa,
merindukan pelukan dan tatapan mata yang telah mengetuk hatinya. Ketika biduk
sampai di dermaga, lalu aku menjemput Cintamu Timor Lorosae...
Simak berikut liriknya....
Biarlah
layar terkembang
Ku
ingin menyebrang
Melintas
pulau dan lautan
Menjemput
cintaku
Belahan
jiwa yang tertinggal
Di
Timor Lorosae...
Menderu
ombakmu menabuh pantai
Kala
tatap matamu sapa jiwaku
Membiru lautmu memeluk pasir
Kala
harum nafasmu sebut namaku
Dua
langit tlah membaur di suatu cakrawala
Dua
biduk tlah berlabuh di suatu dermaga cinta
Reff:
Januari
di kota Dili
Tak
terkira cinta bersemi
Januari
lekas berganti
Dan
terhempas cintaku
Januari
di kota Dili
Kian
hangat dalam ingatan
Nantikanlah
aku kembali
Tuk
menjemput cintamu
La..
la.. la..
Menguning
bulanmu mengetuk malam
Mesra
jemarimu belai sukmamu
Membias
bintangmu menghias hidup
Dan
hangatnya bibirmu kecup kalbuku
Dua
langit tlah membaur disuatu cakrawala
Dua
biduk tlah berlabuh disuatu dermaga cinta
Back to Reff
Cintamu
Timor Lorosae...
Cintamu
Timor Lorosae...
Lagu ini baru bagi saya, dan saya
menemukannya baru beberapa hari yang lalu. Lagu berjudul empat kata ini mungkin
sudah berkali-kali saya dengarkan, namun tak kunjung membuat saya bosan. Rupanya
Ritta Efendy telah berhasil membawakan lagu ini dengan suara merdunya. Ia
membawakannya dengan apik, suara bening, dan lembut. Pemainan nada yang
digunakan perlahan dan menarik dengan tempo sedang. Terkadang saya merasa nada
instrumennya mirip nada-nada instrumen klasik yang sering digunakan dalam drama
kerajaan korea, misal Queens of Seondok, dan instrumen Jepang, The best of
Kitaro.
Selain dari
aransemen lagunya yang apik dan Melayu, syairnya terasa layak untuk dikenang. Rasa
kehilngan, rindu, sayang, haru, tenang dan damai menyertai setiap bait di lagu
ini. Di balik makna lagunya kerinduan pada kekasih di Timor, pada kenyataanya
kini Timor tak lagi menjadi bagian dari Indonesia. Lagu ini tak terlepas dari
sejarah yang pernah terjadi. Aku jadi teringat orang-orang yang keluarganya ada
di sana, melepas rindu dan bertemu di jembata Atambua di perbatasan INDO-RDTL, meninggalkan
harta-saudara yang kini tempat itu telah terpisah, rumah tetangga dan desa
tetangga menjadi negara tetangga. Dan Kini perbatasan itu telah di jaga ketat
dengan pasukan bersenjata selalu sigap.
Tags: tari
timor leste, timor leste usai merdeka, kota dili, obrigado,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar